Pengamatan Syafaq dan Fajar

 

Secara fikih, Syafaq dan Fajar merupakan fenomena alam harian yang disebabkan oleh rotasi Bumi yang menghasilkan cahaya di ufuk sesaat sebelum Matahari terbit dan setelahnya. Secara hukum Islam, terbitnya Fajar dijadikan tanda masuknya wakyu salat Subuh. Sedangkan Syafaq merupakan tanda pergantian waktu salat Maghrib dan Isak. Secara Astronomi yang dimaksud dengan Syafaq dan Fajar ialah Astronomical Twilight. Beberapa observasi verifikatif menunjukkan bahwa ketinggian Fajar yang dijadikan patokan Pemerintah dianggap terlalu dini, setidaknya terdapat selisih sekitar 1-3 derajat yang secara otomatis menjadikan jadwal waktu Subuh terlalu dini begitu juga waktu Isak mengalami keterlambatan.

Persoalan Syafaq dan Fajar mencuat ketika majalah Islam Qiblati menggugat awal waktu subuh yang diangggap terlalu dini. Dari hal tersebut lantas perlunya kajian khusus terkait Fajar baik secara fikih maupun astronomi sebagai tanda waktu Subuh agar tidak meresahkan masyarakat. Kajian serupa juga harus dilakukan terhadap Syafaq mengingat keduanya merupakan yag serupa, hanya saja berbeda saat waktu terjadinya.

Proyek Pengamatan Syafaq dan Fajar

Syafaq dan Fajar adalah fenomena astronomi yang terkait dengan waktu shalat dan puasa. Syafak terkait dengan masuknya waktu shalat Isya sedangkan Fajar terkait dengan akhir makan sahur dan awal masuknya shalat Subuh. Kedua waktu tersebut adalah fenomena astronomi yang bisa diamati oleh mata telanjang. Sehingga tujuan dari kampanye ini adalah untuk meminta orang-orang yang tertarik dan peduli untuk berpartisipasi dalam mengamati fenomena tersebut dengan cara yang objektif dan ilmiah menghasilkan data yang akurat untuk menentukan awal waktu Isya dan Subuh. Pengamatan terdiri dari pengumpulan sejumlah besar pengamatan dari berbagai lokasi dan waktu oleh para pengamat dapat dipercaya berdedikasi dan tekun yang untuk mengikuti prosedur dan kriteria yang digariskan dalam rangka tujuan konsistensi. Pengamatan ini akan berlangsung terus menerus dan dapat dihentikan jika dianggap selesai.

Tujuan : Proyek pengamatan ini bertujuan melakukan verifikasi “Sudut Depresi Matahari” yang diadopsi oleh pemerintah, ormas dan komunitas-komunitas muslim di Indonesia. Sementara yang banyak beredar di masyarakat adalah kriteria Kementerian Agama RI (Isya 18 Subuh 20), Muhammadiyah (Isya 18 Subuh 18), Nahdlatul Ulama (Isya 18 Subuh 20), bahkan beberapa kelompok muslim menggunakan angka 17 dan 15 untuk waktu Isya dan waktu sholat Subuhnya. Tujuan lain dari pengamatan ini adalah untuk menjelaskan alasan-alasan terkait penggunaan masing-masing sudut depresi tersebut atau bahkan dapat menemukan sudut terbaik untuk dijadikan patokan kriteria.  Tujuan lain pengamatan tersebut juga untuk menyebarkan pengetahuan astronomi yang benar terkait dengan waktu shalat, karena kebanyakan orang tidak menyadari fenomena astronomi yang bersesuaian untuk setiap waktu shalat. Mempelajari pengaruh parameter meteorologi dan geografis pada penetapan jadwal waktu shalat juga menjadi salah satu tujuan pengamatan kami.

Pedoman Observasi Syafaq dan Fajar

1. Membentuk Tim Pengamat Observasi Syafaq dan Fajar yang terdiri dari Anggota RHI dan para simpatisan serta relawan.
2. Pahami setiap detil masalah, istilah, difinisi dan hal-hal terkait dengan Syafaq dan Fajar dengan membaca seluruh tulisan yang ada di halaman ini.
3. Melakukan kalibrasi jam secara akurat misalnya di situs https://jam.bmkg.go.id  yang merupakan jam standard atom Internasional.
4. Melakukan observasi dari lokasi yang “ideal” dan pada malam yang “ideal” seperti yang dijelaskan nanti dalam dokumen ini.

Catatan Penting: Tujuan dari proyek pengamatan ini adalah bukan untuk tujuan hiburan juga bukan sekedar kegiatan amatir. Ini adalah sebuah karya ilmiah yang serius yang bertujuan menentukan waktu ibadah agama dan akan berdampak lebih dari 100 juta Muslim di seluruh Indonesia. Dengan demikian, pengamat harus melakukan observasi mengikuti metodologi ilmiah setelah memahami semua rincian yang disebutkan dalam makalah ini. Untuk itu di dalam Tim harus ada anggota dari pakar-pakar astronomi dan ulama fiqih yang memahami persoalan tersebut.

Apa Fenomena Astronomi yang harus diamati?

  • Fajar: Ada dua jenis Fajar dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ yakni Fajar Kazib (Fajar Palsu) dan Fajar Shadiq (Fajar Sejati). Sebelum muncul Fajar Palsu yang dalam astronomi dikenal sebagai Zodiacal Light (Cahaya Zodiak), langit benar-benar gelap. Fajar Palsu muncul di langit Timur sebagai cahaya putih samar yang terlihat seperti sebuah segitiga besar yang alasnya adalah di cakrawala dan puncak mengarah ke atas. Kecerahan Fajar Palsu semakin kuat saat kita mendekati Fajr Sejati. Seiring dengan berjalannya waktu, Fajar Sejati akan muncul sebagai cahaya putih horizontal tersebar di seluruh cakrawala Timur dan inilah yang dipahami sebagai awal waktu Shalat Subuh. Perlu diperhatikan bahwa pada saat itu Fajar Palsu masih ada tapi mulai menghilang karena kemunculan Fajar Sejati yang lebih cerah. Jadi terjadi tumpang tindih yang singkat antara kedua Fajar tersebut sebelum Fajar Palsu benar-benar menghilang. Mudah membedakan Fajar Sejati dan Fajar Palsu dari bentuknya, dimana Fajar Palsu adalah menjulang vertikal atau miring ke atas cakrawala namun Fajar Sejati akan muncul menyebar horisontal di cakrawala. Secara umum Fajar Palsu akan muncul sekitar 30-45 menit sebelum Fajar Sejati muncul. Kemiringan Fajar Palsu ini akan mengikuti garis Ekliptika yaitu garis lingkaran perjalanan Matahari. Dalam astronomi Fajar Palsu yang disebut sebagai Zodiacal Light ini adalah fenomena pantulan cahaya Matahari oleh debu luar angkasa di luar atmosfer Bumi dan berada di sekitar Ekliptika, sedangkan Fajar Sejati yang disebut sebagai Astronomical Twilight ini adalah fenomena pantulan cahaya Matahari oleh lapiran atmosfer Bumi paling luar. Dan saat pengamatan nanti Pengamat harus menuliskan waktu saat Fajar Palsu mulai terlihat dan waktu di mana saat Fajr Sejati mulai terlihat.
  • Syafaq: Setelah Matahari terbenam, langit masih terlihat terang sama seperti saat sebelum Matahari terbit, dan seiring berjalannya waktu langit akan perlahan gelap sampai iluminasinya benar-benar menghilang. Ini adalah waktu yang disebut sebagai hilangnya Syafaq Al Ahmar (Syafaq Merah) yang dalam astronomi dikenal sebagai Astronomical Twilight. Waktu shalat Isya dimulai ketika Shafaq Merah menghilang menurut pendapat ulama yang paling kuat (Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Setelah hilangnya Syafaq Merah di langit Barat terlihat masih bertahannya cahaya putih yang menyebar ke atas yang disebut sebagai Syafaq Abyad (Shafaq Putih) yang dalam astronomi dikenal sebagai Zodiacal Light (Cahaya Zodiac). Saat membandingkan fenomena astronomi Fajar dan Isya mereka adalah 2 hal yang saling bersesuaian yang hanya dibedakan waktu. Karena itu kami percaya bahwa hilangnya Shafaq Merah adalah seperti saat munculnya Fajar Sejati serta hilangnya Syafaq Putih adalah seperti saat munculnya Fajar Palsu. Perlu dicatat bahwa Syafaq Merah tidak selalu warna langit merah sepanjang waktu karena kadang-kadang langit tidak berwarna merah setelah Matahari terbenam akan tetapi kadang Kuning atau Orange atau bahkan kadangtidak ada warna-warna yang muncul. Dalam kondisi cerah warna langit dari Biru menjadi Biru gelap dan untuk warna laut yang terlihat dari Biru akan menjadi Hitam. Kesimpulannya, warna langit saat Shafaq Merah menghilang mirip dengan warna pada saat sebelum Fajar Sejati muncul. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa Fajar Sejati muncul di Timur sedangkan hilangnya Shafaq Merah muncul di Barat.