Oleh : Munawar Abdurrohim
Negara Brunai telah melakukan rukyat Rasulullah secara murni, yaitu:
- Melakukan praktek rukyat langsung pada tanggal 29 tiap bulan jelang magrib, aslinya jangan bawa jam apalagi hp, jg alat bantu optik.
- Jangan pedulikan data hisab dengan segala prediksinya. Abaikan info ketinggian hilal, umur dan sudut elongasi.
- Buang jauh2 dan jangan mau dibebani dengan kriteria MABIMS.
- Anda melihat hilal, berarti besok adalah tanggal 1, jika tak melihat karena awan mendung misalnya, maka lakukan istikmal.
- Berlakukan untuk daerah Anda dan sekitarnya. Tak usah untuk daerah dimana Anda boleh qasar salat. Rukyat yang benar itu pemberlakuannya lokal. Brunai itu sebuah negara, tapi lebih kecil dari kabupaten Sukabumi.
Itulah Rukyat murni, rukyatnya Rasulullah. Tak sekedar taabbudi, tapi hanya dengan rukyatlah bangsa Arab waktu itu mengetahui datangnya bulan baru. Ada hadis yang mengindikasikan hal itu. Rasulullah ﷺ mengakukan diri bahwa kita bangsa Arab kala itu ummi; belum cakap menulis dan ilmu Hisab. (1)
Faktualnya memang demikian. Dalam Fathul Bari syarah Sahih Bukhari, Ibnu Hajar menjelaskan maksud kata Ummi: “Orang yang mampu menulis dan menghitung di zaman Rasulullah ﷺ sangat jarang, terlebih yang mampu menghitung peredaran astronomi. Rasulullah ﷺ menghubungkan hukum ibadah puasa dan ibadah lainnya dengan metode melihat (rukyat) adalah untuk menghilangkan perasaan minder dan karena sulitnya memahami ilmu hisab bagi mereka waktu itu. Pelaksanaan Rukyat ini terus berlangsung meski mereka (para sabahat) mulai banyak yang mengetahui hisab. Pada dasarnya, konteks asal hadis ini (Kami Umat yang ummi) tidak dimaksudkan meniadakan penetapan awal bulan dengan hisab.”(2)
Keummian bangsa Arab dalam ilmu hisab dikuatkan dengan beberapa hadis. Di antaranya ada hadis yang menginformasikan bahwa gerhana zaman dulu dikaitkan dengan mitos kematian seseorang, terlebih gerhana terjadi ketika Ibrahim, putra Rasulullah ﷺ yang wafat berbarengan dengan gerhana. Rasulullah ﷺ menandaskan bahwa gerhana adalah fenomena alam dan bagian dari tanda kebesaran Allah.(3)
Bahwa bangsa Arab itu ummi, Rasulullah ﷺ pernah menganulir istikmal Ramadan di sore hari karena ada kesaksian kabilah yang melihat hilal Syawal kemarinnya sewaktu mereka menuju kepulangan ke Madinah. Rasulullah ﷺ menyuruh para sahabat berbuka dan melaksanakan salat Id besok pagi.(4)
Hadis ini menjelaskan bahwa kesaksian hilal harus diterima untuk antar tempat yang berdekatan. Ummu Salamah, istri Rasulullah ﷺ beranggapan bahwa jumlah hari dalam sebulan hanya 30 hari. Rasulullah ﷺ pernah bersumpah menghindar dari para istrinya selama sebulan. Ketika berlalu hari ke 29, Rasulullah ﷺ kembali mendatangi istrinya dan istrinya mengingatkan sumpah beliau. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa bilangan hari dalam sebulan tak mutlak 30 hari, tapi ada juga 29 hari.(5)
Dalam Sahih Muslim dikemukakan sebuah hadis bahwa Kuraib diutus Ummu Fadhl untuk menemui Muawiyah di Syam (Damaskus) dan dia melihat hilal Ramadan bersama warga Syam pada malam Jumat, termasuk Muawiyah sendiri. Kuraib pulang dan sampai di Madinah pada akhir Ramadan (tanggal 30). Ibnu Abbas di Madinah melihat awal Ramadan pada malam Sabtu, terjadi selisih 1 hari. Kuraib meminta Ibnu Abbas menerima kesaksian melihat hilal malam Jumat di Syam untuk diberlakukan di Madinah dan warga Madinah besok lebaran karena tak mungkin Kuraib puasa 31 hari. Ibnu Abbas menolak keinginan Kuraib. Beliau mau tetap puasa jika tak berhasil melihat hilal Syawal, alasannya “karena Rasulullah ﷺ menyuruh demikian.” Maksudnya, kesaksian melihat hilal hanya boleh berlaku untuk antar daerah yang berdekatan, tidak untuk daerah yang berjauhan seperti antara Syam dan Madinah.(6)
– Kuraib; Kuraib bin Abi Muslim, panggilannya Abu Rusydain, seorang tabiin, maula (mantan budak) Ibnu Abbas.
– Ummul Fadhl; Lubabah binti Al-Haris, istri Abbas binti Abdul Muthallib, saudara perempuan Maimunah binti Al-Haris ummul mukminin, ibu dari Fadhl bin Abbas dan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas)
– Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas), sahabat, ulama, dan sepupu Rasulullah ﷺ.
– Muawiyah; Muawiyah bin Abi Sufyan, saudara Ummu Habibah istri Rasulullah ﷺ, gubernur Syam yang diangkat oleh Umar bin Khattab RA dan tetap menjabat di masa khalifah Utsman bin Affarn RA.
Hadis Muslim di atas terdapat dalam Bab:
“Penjelasan bahwa setiap negeri memiliki rukyatnya, jika mereka melihat hilal hukumnya tidak bisa diberlakukan untuk tempat yang berjauhan.”
Dalam Sunan Tirmizi, judul bab hadis Kuraib ini tidak jauh berbeda dengan Sahih Muslim:
Setiap warga suatu negeri memiliki rukyatnya.(7)
Imam Nawawi yang mensyarahi Sahih Muslim memberi komentar tambahan bahwa pemberlakuan rukyat itu terbatas, cukup seluas jarak dimana salat boleh diringkas. Ibnu Abbas tak melaksanakan kesaksian berita Kuraib.(😎
Ketika kita ‘tersenyum’ melihat Brunai lebaran Idul Fitri hari ini, Kamis, 11 April 2024, itulah pengamalan rukyat yang sesungguhnya. Dan jika terasa kaku rukyat murni diberlakukan di era modern seperti yang dilakukan Brunai sekarang, bukannya kita harus ngakali bagaimana rukyat itu bisa terasa luwes, luas, dan mengglobal sehingga ada istilah NEO MABIMS, tapi, tinggalkan rukyat dan beralihlah ke hisab. Jangan pula bermain di dua kaki karena akan membingungkan dan menyulitkan. Ya hisab, ya rukyat. Akan muter-muter tanpa ujung dan semakin membingungkan.
Catatan kaki sumber hujah:
(١) حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا الأَسْوَدُ بْنُ قَيْسٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ، الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلاَثِينَ
صحيح البخاري: ١٩١٣
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ» دار طوق النجاة,الطبعة: الأولى، ١٤٢٢ هـ
(٢) قَوْلُهُ إِنَّا أَيِ الْعَرَبُ وَقِيلَ أَرَادَ نَفْسَهُ وَقَوْلُهُ أُمِّيَّةٌ بِلَفْظِ النَّسَبِ إِلَى الْأُمِّ فَقِيلَ أَرَادَ أُمَّةَ الْعَرَبِ لِأَنَّهَا لَا تَكْتُبُ أَوْ مَنْسُوبٌ إِلَى الْأُمَّهَاتِ أَيْ إِنَّهُمْ عَلَى أَصْلِ وِلَادَةِ أُمِّهِمْ أَوْ مَنْسُوبٌ إِلَى الْأُمِّ لِأَنَّ الْمَرْأَةَ هَذِهِ صِفَتُهَا غَالِبًا وَقِيلَ مَنْسُوبُونَ إِلَى أُمِّ الْقُرَى وَقَوْلُهُ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسِبُ تَفْسِيرٌ لِكَوْنِهِمْ كَذَلِكَ وَقِيلَ لِلْعَرَبِ أُمِّيُّونَ لِأَنَّ الْكِتَابَةَ كَانَتْ فِيهِمْ عَزِيزَةً قَالَ اللَّهُ تَعَالَى هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيين رَسُولا مِنْهُم وَلَا يَرِدُ عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ فِيهِمْ مَنْ يَكْتُبُ وَيَحْسِبُ لِأَنَّ الْكِتَابَةَ كَانَتْ فِيهِمْ قَلِيلَةً نَادِرَةً وَالْمُرَادُ بِالْحِسَابِ هُنَا حِسَابُ النُّجُومِ وَتَسْيِيرِهَا وَلَمْ يَكُونُوا يَعْرِفُونَ مِنْ ذَلِكَ أَيْضًا إِلَّا النَّزْرَ الْيَسِيرَ فَعَلَّقَ الْحُكْمَ بِالصَّوْمِ وَغَيْرِهِ بِالرُّؤْيَةِ لِرَفْعِ الْحَرَجِ عَنْهُمْ فِي مُعَانَاةِ حِسَابِ التَّسْيِيرِ وَاسْتَمَرَّ الْحُكْمُ فِي الصَّوْمِ وَلَوْ حَدَثَ بَعْدَهُمْ مَنْ يَعْرِفُ ذَلِكَ بَلْ ظَاهِرُ السِّيَاقِ يُشْعِرُ بِنَفْيِ تَعْلِيقِ الْحُكْمِ بِالْحِسَابِ أَصْلًا
فتح الباري لابن حجر: ١٤٧/٤. دار المعرفة بيروت، ١٣٧٩ ھ
(٣)حَدَّثَنَا أَصْبَغُ، قَالَ: أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَمْرٌو، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ القَاسِمِ، حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ كَانَ يُخْبِرُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَصَلُّوا»
صحيح البخاري: ١٠٤٢. بَابُ الصَّلاَةِ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ القَاسِمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ، عَنِ المُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، قَالَ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ، فَقَالَ النَّاسُ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا، وَادْعُوا اللَّهَ»
صحيح البخاري: ١٠٤٣. بَابُ الصَّلاَةِ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ, دار طوق النجاة,الطبعة: الأولى، ١٤٢٢ هـ
(٤) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ أَبِي عُمَيْرِ بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُمُومَتِي، مِنَ الْأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: أُغْمِيَ عَلَيْنَا هِلَالُ شَوَّالٍ، فَأَصْبَحْنَا صِيَامًا، فَجَاءَ رَكْبٌ مِنْ آخِرِ النَّهَارِ، فَشَهِدُوا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ رَأَوُا الْهِلَالَ بِالْأَمْسِ، «فَأَمَرَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُفْطِرُوا، وَأَنْ يَخْرُجُوا إِلَى عِيدِهِمْ مِنَ الْغَدِ»
سنن ابن ماجه: ١٦٥٣ بَابُ مَا جَاءَ فِي الشَّهَادَةِ عَلَى رُؤْيَةِ الْهِلَالِ, دار إحياء الكتب العربية – فيصل عيسى البابي الحلبي
(٥) حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، ح وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ، أَنَّ عِكْرِمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الحَارِثِ، أَخْبَرَهُ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ، أَخْبَرَتْهُ: ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلَفَ لاَ يَدْخُلُ عَلَى بَعْضِ أَهْلِهِ شَهْرًا، فَلَمَّا مَضَى تِسْعَةٌ وَعِشْرُونَ يَوْمًا غَدَا عَلَيْهِنَّ أَوْ رَاحَ، فَقِيلَ لَهُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، حَلَفْتَ أَنْ لاَ تَدْخُلَ عَلَيْهِنَّ شَهْرًا؟ قَالَ: «إِنَّ الشَّهْرَ يَكُونُ تِسْعَةً وَعِشْرِينَ يَوْمًا»
صحيح البخاري: ٥٢٠٢, بَابُ هِجْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِسَاءَهُ فِي غَيْرِ بُيُوتِهِنَّ, دار طوق النجاة,الطبعة: الأولى، ١٤٢٢ هـ
(٦) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ، وَابْنُ حُجْرٍ، – قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى: أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرُونَ: – حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ مُحَمَّدٍ وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ، عَنْ كُرَيْبٍ، أَنَّ أُمَّ الْفَضْلِ بِنْتَ الْحَارِثِ، بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ، قَالَ: فَقَدِمْتُ الشَّامَ، فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا، وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ رَمَضَانُ وَأَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْتُ الْهِلَالَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، ثُمَّ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ، فَسَأَلَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلَالَ فَقَالَ: مَتَى رَأَيْتُمُ الْهِلَالَ؟ فَقُلْتُ: رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: أَنْتَ رَأَيْتَهُ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، وَرَآهُ النَّاسُ، وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، فَقَالَ: ” لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ، فَلَا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلَاثِينَ، أَوْ نَرَاهُ، فَقُلْتُ: أَوَ لَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ؟ فَقَالَ: لَا، هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” وَشَكَّ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى فِي نَكْتَفِي أَوْ تَكْتَفِي
صحيح مسلم: ١٠٨٧, دار إحياء التراث العربي – بيروت
(٧) بَابُ بَيَانِ أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُؤْيَتَهُمْ وَأَنَّهُمْ إِذَا رَأَوُا الْهِلَالَ بِبَلَدٍ لَا يَثْبُتُ حُكْمُهُ لِمَا بَعُدَ عَنْهُمْ
صحيح مسلم
بَابُ مَا جَاءَ لِكُلِّ أَهْلِ بَلَدٍ رُؤْيَتُهُمْ
سنن الترمذي
(٨) بَابُ بَيَانِ أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُؤْيَتَهُم وَأَنَّهُمْ إِذَا رَأَوُا الْهِلَالَ بِبَلَدٍ لَا يَثْبُتُ حُكْمُهُ لِمَا بَعُدَ عَنْهُمْ) فِيهِ حَدِيثُ كُرَيْبٍ عَنِ بن عَبَّاسٍ وَهُوَ ظَاهِرُ الدَّلَالَةِ لِلتَّرْجَمَةِ وَالصَّحِيحُ عِنْدَ أَصْحَابِنَا أَنَّ الرُّؤْيَةَ لَا تَعُمُّ النَّاسَ بَلْ تَخْتَصُّ بِمَنْ قَرُبَ عَلَى مَسَافَةٍ لَا تُقْصَرُ فِيهَا الصَّلَاةُ وَقِيلَ إِنِ اتَّفَقَ الْمَطْلَعُ لَزِمَهُمْ وَقِيلَ إِنِ اتَّفَقَ الْإِقْلِيمُ وَإِلَّا فَلَا وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا تَعُمُّ الرُّؤْيَةُ فِي مَوْضِعٍ جَمِيعَ أَهْلِ الْأَرْضِ فَعَلَى هَذَا نَقُولُ إِنَّمَا لَمْ يعمل بن عَبَّاسٍ بِخَبَرِ كُرَيْبٍ لِأَنَّهُ شَهَادَةٌ فَلَا تَثْبُتُ بِوَاحِدٍ لَكِنَّ ظَاهِرَ حَدِيثِهِ أَنَّهُ لَمْ يَرُدَّهُ لِهَذَا وَإِنَّمَا رَدَّهُ لِأَنَّ الرُّؤْيَةَ لَمْ يَثْبُتْ حُكْمُهَا فِي حَقِّ الْبَعِيدِ
شرح النواوي على مسلم, ص: ١٩٧ / ٧, دار إحياء التراث العربي, بيروت ١٣٩٢ ھ